Menjadi seorang introvert, haruskah aku mati? - Aku dan minoritas manusia di bumi pasti pernah merasakan bagaimana terlukanya ketika tajamnya lidah dan tatapan mata buas siap menerkam. Ketika sebagian orang menganggapmu "payah" atau lebih dari itu, anti sosial misalnya. Pada detik itu pun, dunia terasa begitu kejam bukan? aku adalah salah satu darinya dan aku sangat yakin akan hal itu. Setelah beberapa artikel kubaca, test kepribadian online serta test dari teman jurusan psikologi menyambut positif hal itu. Aku bak divonis penyakit mematikan yang akan merenggut nyawaku beberapa hari lagi. Terlihat berlebihan memang. Aku menjalani hidup dengan rasa kebencian pada diriku. sesekali bertanya kepada Tuhan "mengapa aku tidak terlahir menjadi seperti mereka saja?". Hari-hari berlalu, aku mulai bisa menerima hal-hal itu meskipun berat. Hingga usiaku menginjak 18 tahun. Seperti umumnya muda-mudi sepertiku, aku melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Dengan bermodal niat d