Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2020

Menyambut Hari Kemenangan

Gambar
Pagi ini, udara sungguh menusuk-nusuk tulang Perlahan tubuh dihangatkan semburat sinar surya, merengkuh sanubari  Penduduk bumi sudah terbangun dari tidur lelap, bergegas Sayup-sayup terdengar suara takbir berkumandang Bersahutan diseluruh penjuru, mengetuk pintu langit  Penduduk bumi berbodong-bondong menyambutnya Segurat senyum tersungging, seraya bergandengan tangan penuh suka cita Hamparan gunung lawu kokoh menjulang di angkasa Menyuguhkan lukisan alam yang elok di sejauh mata memandang Lantunan takbir terus dikumandangkan Langkah-langkah kaki terhenti Sajadah-sajadah digelar berjajar Sujud pun direndahkan Harapan dan doa-doa dilangitkan Manusia yang angkuh dan  penuh dosa, memohon pengampunan Hari kemenangan tiba, menghibur hati mereka yang bersabar  Hari kemenangan tiba, menggetarkan jiwa setiap yang beriman Insan-insan menetaskan air mata, menangisi kepergian Ramadan Mengangkat kedua tangan, m

Puasa Tidak Sekedar Lapar dan Dahaga

Aku teringat masa kecilku dulu, saat bulan ramadan tiba aku dibiasakan oleh ibu untuk berlatih puasa setengah hari. Sayangnya aku sudah lupa umur berapa, yang kuingat saat itu aku masih duduk di bangku SD. Ibu tidak langsung menyuruhku berpuasa penuh, mungkin karena melihat tubuhku yang saat itu ringkih dan kurus, ibu menjadi tidak tega hehe . Berbeda dengan kakakku yang sudah  dilatih berpuasa satu hari penuh sejak TK. Setiap saat adzan sholat dzuhur berkumandang, ibu pasti sudah menyiapkan makanan dan minuman berbuka untukku. Aku diperbolehkan makan dari pukul 12.00 sampai 13.00 WIB, setelah itu aku harus melanjutkan puasa sampai adzan sholat magrib. Setelah itu, saat umurku mulai bertambah, jam puasaku diperpanjang sampai pukul 15.00 WIB. Nanggung sekali memang, tapi anak kecil sepertiku mana peduli hehe. Jadi, aku tetap berpuasa setengah hari namun berbuka di jam yang berbeda dan pada akhirnya lama kelamaan aku terbisa berpuasa  penuh sampai satu hari. Aku masih ingat saat

Polemik Pendidikan di Indonesia

Gambar
Bicara masalah pendidikan, tentunya setiap negara memiliki sistem dan kebijakan masing-masing untuk mencerdaskan warga negaranya. Setiap negara pun pastinya memiliki komposisi kurikulum yang berbeda-beda disesuaikan dengan cita-cita negara tersebut. Finlandia, salah satu negara kecil Eropa yang menjadi kiblat pendidikan internasional, diakui telah berhasil menerapkan kurikulum yang dapat memaksimalkan potensi generasi penerus bangsanya. Jepang juga menjadi salah satu negara maju di Asia yang menekankan pendidikan kedisiplinan, kemandirian dan pendidikan karakter di luar pengetahuan umum kepada warganya sejak usia dini.  Di Indonesia sendiri, sistem pendidikan selalu mengalami transformasi dari waktu ke waktu. Berbagai upaya peningkatan mutu telah dilakukan seperti penerapan sistem zonasi oleh Menteri pendidikan dan kebudayaan (mendikbud) periode sebelumnya, Muhadjir Effendy demi menghapuskan passing grade antar sekolah serta kebijakan full day school yang se

Kita hanyalah....

Kau tahu... Kau tahu kita ini apa? **** Kita yang selalu dinyalakan semangat, ambisi dan nyali Kita yang akan selalu dihantui keraguan, ketakutan dan penolakan Kita yang selalu dibuat bimbang dan hampa oleh masa yang akan datang Kita yang selalu dibiarkan berharap, berhayal, berandai-andai Kita yang selalu dikecewakan rasa, kenyataan dan manusia Kita adalah kumpulan ingatan-ingatan di masa itu Kita yang terus terjebak dalam dimensi semu yang kelabu Tapi kita nyata, ingatan itu nyata, rindu ini nyata Dan rekaman itu akan terus diputar-putar oleh ingatan Tanpa mengizinkan waktu sedikitpun menyentuhnya Kita akan kembali meresapi, meratapi dan menyesali Kita akan selalu patah, mati dan bersemi Kita adalah proyeksi dari kemungkinan dan ketidakmungkinan Dan pada akhirnya kita hanyalah, Kumpulan-kumpulan pertanyaan Tanpa jawaban. Madiun, 7 Mei 2020.

Nasib Ekonomi Nasional di Tengah Pandemi

Gambar
Wabah virus corona (COVID-19) yang pertama kali diidentifikasi pada akhir Desember di kota Wuhan, China benar-benar telah menyebabkan global shock. Tidak hanya di China, penyebaran virus yang cepat dan masif ini menyebabkan negara maju dan berkembang ikut serta memanen imbasnya. Bagaimana tidak? mikroorganisme parasit ini telah menyebabkan kerugian di berbagai aspek kehidupan. Tak terkecuali sektor ekonomi yang mengalami terjun payung di sebagian besar negara-negara di dunia. Mau tidak mau, sektor ekonomi menjadi sektor yang pertama kali terkena dampak pandemi, karena kegiatan produksi, distribusi dan  konsumsi menjadi terbatasi bahkan terhenti. Hal ini tentunya akan berdampak besar pada proses perdagangan baik pada tingkat regional, nasional dan internasional. Kegiatan ekspor-impor antar negara pun ikut mengalami kemacetan akibat kebijakan pembatasan interaksi sosial dan fisik yang sering kita kenal dengan social/physical distancing . Pembatasan impor produk-produk, te

Kabar Baik dari Bumi

Gambar
(Gambar diunduh dari aplikasi Pinterest) Hitungan bulan telah berlalu pasca berita pandemi COVID-19 yang mulai merebak di awal tahun 2020. Kejadian serba tiba-tiba ini mengubah hampir seluruh aktivitas penduduk bumi. Kebijakan untuk pembatasan sosial hingga lockdown telah dilaksanakan di berbagai negara. Himbauan untuk tetap di rumah sekaligus bekerja di rumah pun sudah ditaati dengan penuh kesadaran oleh masyarakat. Semua dilakukan demi menekan angka kasus kematian yang semakin hari semakin bertambah. Lalu lalang kendaraan roda dua hingga roda empat sudah tak nyaring lagi di telinga. Jalan raya semakin hari semakin terlihat sepi dan lengang. Kebisingan dari mesin-mesin pabrik untuk beberapa waktu harus terhenti. Berbagai sektor pun ikut gulung tikar terkena imbas dari musibah ini. Hal ini tentunya berbanding terbalik dengan meningkatnya kualitas udara dan menurunnya tingkat nitrogen dioksida, hasil pembakaran bahan bakar fosil di atmosfer. Tingkat polusi udara di

Sebuah Refleksi Diri

Gambar
Ramadan menulis (RM) sudah menginjak hari ke enam, yapsss pasti teman-teman RM sudah mulai bingung mencari topik untuk ditulis hehe . Sama, saya juga bingung mau nulis apa. Walaupun kita sudah menyiapkan 10 tema yang akan ditulis dalam 10 hari, tapi rasa-rasanya tetap saja masih bingung mengumpulkan ide-ide yang bisa nyambung dengan tema yang ada.  Jujur, sebenarnya saya memang nggak punya banyak hal yang bisa dibagikan disini. Saya tidak punya pengalaman keren seperti teman-teman, saya juga jarang baca buku, apalagi menulis. Saya pun kurang mengikuti isu-isu terkini, kurang peka dengan masalah-masalah di sekitar, masih suka rebahan dan tentunya masih sering apatis. Sayang sekali diri ini malah nyaman bersembunyi di comfort zone, terlalu takut untuk memulai dan menjadi berbeda. Intinya, masih punya banyak PR yang harus diperbaiki. Masih perlu banyak belajar dari pengalaman dan kesempatan yang akan datang. Disini saya ingin membagikan sedikit hal yang mungkin seri

Sang Pemilik Pena

Gambar
Alkisah, hiduplah seorang wanita miskin bersama dua putranya di sebuah gubuk sempit nan sederhana. Rumah itu terletak di pinggiran kota. Sehari-hari Sang ibu bekerja menjual tanaman hias dengan berjalan kaki ke kota.  Suatu hari setelah pulang bekerja, sang ibu berniat membeli dua buah pena untuk kedua putranya. Karena pada hari itu seluruh dagangannya laku keras tak tersisa. Keuntungan yang diperoleh pun lumayan banyak.  Akhirnya sang ibu pulang dengan membawa dua buah pena. Diberikannya pena itu kepada kedua putranya. Kedua pena itu sama-sama berwarna perak mengkilat, dengan ukiran bunga di sisi kanan kirinya. Isinya sama-sama tinta hitam yang pekat. Sama -sama indahnya. Sang anak pertama sangat senang dengan pena itu. Ia langsung menggunakan pena pemberian ibunya untuk mencoret-coret buku. Entah apa yang ia tulis di sana. Sang ibu pun tersenyum dan membiarkannya. Berbeda cerita dengan anak kedua. Pena itu disimpannya dalam sebuah kotak kayu. Diletakkan

Nasib Rakyat Kecil di Tengah Pandemi

Gambar
Tidak terasa saya sudah menjalani anjuran pemerintah untuk #dirumahaja sejak terakhir pulang ke Madiun, tepatnya 23 Maret 2020. Berarti sudah hampir 2 bulan saya menganggur di rumah. Dulu momen-momen seperti inilah yang selalu saya tunggu, bisa pulang di sela-sela kewajiban skripsian saya di Malang. Tapi niat itu selalu saya tahan karena mengingat harga tiket kereta yang lumayan mahal, menurut saya. Sayangnya, saya pulang dengan cara seperti ini. Ya apalagi kalau bukan karena pandemi corona. Tapi saya bersyukur masih bisa pulang dari salah satu kota berzona merah-saat itu. karena beberapa teman saya harus 'terpenjara' di perantauan, tidak bisa pulang kampung karena kondisi masih belum juga membaik. Rasa-rasanya dalam kondisi seperti ini memang paling mudah untuk berkeluh kesah dan menyalahkan keadaan. Setiap hari saya berada di depan laptop dan merutuki kebijakan pemerintah yang tidak mau menggratiskan biaya UKT. Jangankan digratiskan, janji diskon minimal

School From Home, Efektifkah?

Gambar
Sejalan dengan penyebaran virus corona yang masif, istilah School From Home (SFH) mulai akrab di telinga kita. I stilah ini digunakan untuk para siswa agar belajar di rumah secara daring sesuai dengan kebijakan Kemendikbud sebagai langkah preventif dalam mengurangi dampak penularan virus Covid-19. Dengan adanya SFH diharapkan para siswa dapat tetap belajar dan mengerjakan tugas sekolah dalam masa physical distancing. Lalu seberapa efektifkah apabila SFH diterapkan? Selama ini di Indonesia, sistem belajar-mengajar selalu diterapkan dengan bertatap muka secara langsung antara guru dengan siswa di kelas. SFH dianggap sebagai hal baru yang menyebabkan terjadinya culture shock , karena selama ini siswa tidak terbiasa belajar dengan menatap layar hanphone dan laptop selama berjam-jam tanpa interaksi langsung dengan sang guru.  Sistem ini juga  dirasa memberatkan para siswa karena alih-alih menjelaskan materi pelajaran, tenaga pendidik justru memberikan siswa tugas yang