Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2022

Toxic

 Menyelamimu adalah kesalahan terbesar yang pernah ku buat. Entah seberapa dalam aku menyelam, dasarmu tak pernah bisa ku sentuh. Entah berapa lapis dinding yang kau bangun untuk menyembunyikan jati dirimu. Entah apa yang tersembunyi disana, ku yakin tak seorangpun kau izinkan merabanya. Aku tau, sosokmu sangat berbeda. Kau selalu berpikir dengan cara yang terpikirkan oleh orang lain. Sedangkan aku hanya manusia pada umumnya, dengan berjibun keluh kesah yang siap ku hidangkan saat bersamamu. Aku tahu, kau sungguh kenyang dengan masalah, iya masalahku. Kau seperti hidup tapi tak hidup, tidak pernah menyumpahi derita, tak juga terlalu antusias pada dunia. Kau seperti daun jatuh di atas air mengalir. Sempat beberapa kali keluhku membuatmu kesal, "Sudah berapa kali?" tanyamu. "Sudah berapa kali kesalahan yang sama kau ulang?". Ujarmu ketus. "Lihat polanya, pikirkan solusi bukan masalahnya". "Disaat pola itu tetap sama, kau menyikapi dengan cara yang sama,

Berlari

 Aku tak menunggu siapapun Kau yang telah hilang, bukan berarti telah kehilanganku seutuhnya. Ada residual memori yang tak bisa dipaksa hilang. Perasaan nyaman yang tak bisa dipungkiri Berkali-kali melepaskan, nyatanya membuatku berkali-kali kembali. Tapi tak menutup kemungkinan untuk saling melambaikan tangan di ujung jalan. Aku yang telah lama menjadi bagian dalam dirimu, bukan berarti pelabuhan. Kau pun, meski sangat ku cintai. Meski denganmu membuatku menjadi diri sendiri Meski denganmu aku bisa menanggalkan semua topeng dan merengek seperti bayi Tapi nyatanya rasa sakit ini lebih besar Rasa terhianati terus menikam Tanpa kepastian kita sulit bernapas Sekedar untuk mengucap kata lega Ada bayang-bayang yang terus mengusik Bukan, bukan tiada pengampunan, Bukannya tak punya rasa manusiawi Nyatanya manusia hanya bisa lari Mencari naungan untuk meringkuk Dari hantu dalam kepalanya sendiri Sekedar ingin pergi dari lara yang lebih besar lagi

Rumit

Berteman dengan ketidakpastian  Sangat melelahkan. Terlebih, kita yang sudah kenyang dengan janji Dan bualan se-ringan asap rokok. Apakah kalian masih waras? Katanya, laki-laki itu yang dipegang adalah kata-katanya. Berarti, banyak yang tak bisa memegang kata-katanya sendiri. Padahal perempuan itu, pengingat paling handal. Padahal perempuan itu paling rapuh saat diberi cinta. Tapi kita semua lupa, Laki-laki pandai berpura-pura tak mengingat. Perempuan mudah terbuai pada yang belum pasti Lalu siapa yang patut disalahkan? Yang suka berjanji, atau yang mudah percaya?

Sebuah Monster Bernama Kesepian

  Mereka yang tak takut sendiri Adalah makhluk paling kesepian di bumi Sunyi sudah merasuki jiwanya Ia tak takut kehilangan siapapun Karena tak ada siapapun disisinya Selain dirinya

Teman Baikmu

Kau, yang duduk di tepian kedai kopi. Sambil membelai seekor anak kucing menggemaskan Dihangatkan secangkir kopi hitam yang tak pernah terlewatkan Rasa-rasanya lama sekali kita tak berjumpa, ya?   Lingkar matamu makin gelap, tubuhmu makin ringkih Warna coklat pekat kulitmu memudar. Ku dengar kau masih jarang makan dan tidur Kau masih tak pandai mengurus diri Sangat disayangkan Kau tau? Semalam aku memimpikanmu. Di mimpiku kita bermain bersama, berkeliling kota. Kau mengisi durasi mimpiku sepanjang malam Dan ternyata sore ini kau menghubungiku. Menyebalkan, mengapa tajam sekali intuisiku?   Sebagai seorang teman baik, Aku tak menyiakan semenit pun untuk berjumpa Meski hujan mengguyur sudut kota ini.   Meski wajah lusuhku sepulang kerja menyapa. Karena kehadiranmu tak pernah lama, Kau selalu singgah sejenak.   Lalu kita saling bercerita Tentang kisah lama yang diputar ulang Tentang hal-hal sederhana di tempat kerja Tentang tragedi yang terjadi di l