Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2020

Edra & Ara (1)

Gambar
*Ara* Waktu menunjukkan pukul 17.00 WIB jalanan mulai sesak dipenuhi raut wajah lelah para penjemput nafkah yang tak sabar ingin pulang dan melepas penatnya kota metropolitan.  Seorang laki-laki berusia 20-an, bertubuh tinggi, berkulit sawo matang dengan seragam serba hitam yang melekat di tubuhnya sedang duduk di sebuah cafe bernuansa minimalis. Cafe berlantai dua dengan luas 5x10 meter, bercat dinding putih lengkap dengan dekorasi ukiran kayu dan pot bunga tergantung pada sudut-sudutnya terlihat sedang sepi pengunjung. Seperti biasanya, ia duduk di bagian pojok kiri menatap jendela tanpa kaca menikmati pemandangan matahari yang perlahan mulai terbenam. Sesekali ia meneguk Americano panas yang kini tinggal setengah cangkir.  Sepertinya semesta sedang berpihak padanya. Sore ini senja sedang memamerkan golden hour yang sangat memukau. Laki-laki itu terus menatap momen berharga itu dengan takjub hingga lupa berkedip. Lalu mengambil gambar dengan kamera di gengamannya tepat ke

Highly Sensitive People (HSP), apakah kamu salah satunya?

Gambar
Untuk kamu yang merasa memiliki sifat sensitif atau "terlalu sensitif" dari kebanyakan orang, bisa jadi kamu adalah seorang HSP. Kamu akan sering mendengar komentar orang-orang di sekitarmu yang mengatakan " Jangan baperan deh! ", " Udahlah gak penting, ngapain sih dipikirin? " dan komentar-komentar lainnya. Atau mungkin kamu akan lebih sering mengumpat di dalam pikiranmu sendiri karena terlalu mendalam dalam memikirkan segala sesuatu. Highly sensitive people  (HSP) atau hipersesitivity adalah seseorang yang sangat sensitif terhadap rangsangan fisik maupun emosional. Biasanya seorang HSP akan mudah terganggu dengan rangsangan fisik tinggi seperti suara yang keras, sentuhan, gambar-gambar yang memperlihatkan kekerasan atau tragedi berdarah serta bau yang tajam. Akibat sensitif terhadap rangsangan benda-benda fisik seorang HSP akan cenderung mudah mengalami eksim, alergi maupun asma. Mereka juga sensitif terhadap rangsangan emosional, s

#PapuaLivesMatter : ada apa dengan Papua?

Gambar
Berawal dari insiden rasisme yang dilakukan oleh oknum polisi Minneapolis terhadap masyarakat berkulit hitam, George Floyd di Amerika Serikat, isu rasisme di berbagai negara seperti Australia, Afrika Selatan, Jepang dan Inggris pun ikut terangkat. Tak terkecuali di Indonesia. Tagar #papualivesmatter mulai ramai-ramai disuarakan di berbagai media sosial   untuk membuka mata berbagai kalangan yang aktif menggembor-gemborkan tindak rasisme di AS, namun buta dengan isu rasisme di negeri sendiri. Seperti sebuah pepatah, semut di sebrang lautan nampak, gajah di pelupuk mata tak nampak. Hingga saat ini kasus rasisme terhadap warga papua masih menduduki peringkat pertama di Indonesia. Tindakan diskriminasi rasial masih terus dirasakan oleh warga papua baik di tanah kelahiran hingga di tanah perantauan. Stereotip negatif mengenai masyarakat papua yang terbelakang, tertinggal dari teknologi dan kurang beretika merupakan sebagian kecil faktor yang mendorong munculnya berbagai tin

NADI

Gambar
Kau seumpama darah Yang terpompa menyelisik cabang-cabang nadi Tiap embus napas yang kau hirup, bagai denyut ambisi beraksi Semerah darah yang bercucuran deras di warna benderamu Yang menyatu dalam pekat tinta hitam gores janjimu Berkibar di tiang-tiang loyalitas dan sinergitas Semangat kau alirkan dalam darah juangmu Rasa kantuk kau enyahkan kau kuras habis pikiran dan tenaga tanpa jeda Kau abai raga lelahmu kau bakar habis lengang jarum waktu jadi abu Diantara pasang mata yang lelap Kau sulam doa-doa di atas gelar sajadahmu   Kau langitkan segala rasa dan asa ke angkasa Kala rasa kecewamu membuncah Saat pikiran-pikiran riuh saling berbenturan Saat rasa pasrah dan menyerah meracuni gairah kau redam resah dalam tetes embun ketabahan di dadamu Keyakinanmu tak tergoyah Mari rekatkan genggam tangan jadi satu ikatan Meski tertatih-tatih, taklukkan segala tempaan Pencerah tak kan terpecah belah Hingga bumi menyekatmu dalam bilik