Bukannya sekali
Aku tertidur, air mataku mengalir
Ku lanjutkan bermimpi
Malam menghanyutkanku
Aku marah, benci dan sendiri
Dunia ini selalu kejam
Seperti biasanya
Akhir-akhir ini sering terdengar perdebatan di media sosial, terutama di Twitter dan Instagram mengenai definisi gender. Banyak sekali netizen kita yang salah kaprah dalam memahami makna gender, hingga menyamakan antara gender dengan kodrat. Banyak yang menganggap peran gender yang saat ini umum di masyarakat merupakan suatu kodrat yang semestinya tidak boleh diubah. Rata-rata mereka yang tidak paham mengenai gender menganggap bahwa kodrat perempuan adalah sebagai ibu rumah tangga yang harus mengurus seluruh pekerjaan domestik, merawat anak-anak dan tidak boleh berkegiatan di luar rumah. Sedangkan kodrat laki-laki adalah sebagai pemimpin dan pencari nafkah. Menurut Dr. Mansour Fakih, kodrat ialah pensifatan dua jenis kelamin ( seks ) yang ditentukan secara biologis dan melekat secara permanen pada jenis kelamin tertentu. Kodrat secara biologis telah ditentukan oleh Tuhan. Misalnya, kodrat perempuan bisa menstruasi, menyusui dan melahirkan, berbeda dengan l...
Mengapa aku menulis? dan untuk apa aku menulis? ya, pertanyaan itu selalu muncul di benakku ketika aku menyadari bahwa hatiku selalu tergerak untuk mengeluarkan segala isi kepala lewat kata-kata. Entah ketika aku merasa marah, jengkel, gelisah, sedih, bahagia dan merasa ada sesuatu yang mengganjal di hati dan pikiranku, aku selalu ingin mengungkapkannya. Namun sayangnya aku bukanlah orang yang pandai mengungkapkan segala sesuatu lewat ucapanku. Entah mengapa aku selalu tidak nyaman dan kesulitan melakukannya. Jadi aku memutuskan untuk menuangkannya dalam selembar kertas dan menyimpannya sendiri untuk diriku. Setidaknya dengan cara itu aku dapat merasa lebih baik. Sejak aku duduk di bangku sekolah, aku selalu mempunyai buku kecil yang menjadi tempat menuangkan segala pikiran dan emosi yang aku rasakan. Buku itu kuisi dengan puisi-puisi, kata-kata penyemangat, kutipan dari tokoh-tokoh terkenal dan ide-ide yang ingin aku tumpahkan. Dari sanalah aku mulai memberanikah diri m...
Sejalan dengan penyebaran virus corona yang masif, istilah School From Home (SFH) mulai akrab di telinga kita. I stilah ini digunakan untuk para siswa agar belajar di rumah secara daring sesuai dengan kebijakan Kemendikbud sebagai langkah preventif dalam mengurangi dampak penularan virus Covid-19. Dengan adanya SFH diharapkan para siswa dapat tetap belajar dan mengerjakan tugas sekolah dalam masa physical distancing. Lalu seberapa efektifkah apabila SFH diterapkan? Selama ini di Indonesia, sistem belajar-mengajar selalu diterapkan dengan bertatap muka secara langsung antara guru dengan siswa di kelas. SFH dianggap sebagai hal baru yang menyebabkan terjadinya culture shock , karena selama ini siswa tidak terbiasa belajar dengan menatap layar hanphone dan laptop selama berjam-jam tanpa interaksi langsung dengan sang guru. Sistem ini juga dirasa memberatkan para siswa karena alih-alih menjelaskan materi pelajaran, tenaga pendidik justru memberikan siswa tu...
Komentar
Posting Komentar