Hujan di Penghujung Januari


Rintik hujan menari mengecup jalanan sunyi
Bersama kabut membumbui aroma basahnya
Teduh payung tak pernah membiarkan asaku kering
Jari-jemari meraih genggaman hujan, menggandeng bekunya
Membiarkan tetes dinginnya menerpa pucat muka
Menghapuskan gurat senyum yang sembap
Semestaku jadi pekat, gelap dan pengap
Serupa engkau yang tak menganggap, tak menasihi harap

Kini kita hanya dapat meredakan murka badai
Tak pernah benar-benar menghentikan deru hujan
Tak kunjung menyambut pelangi yang ragu-ragu mewarni
Tak sanggup usir awan-awan angkuh yang merajai langit
Matahari mulai resah, berduka, enggan mengitip celah angkasa
Dan kau bukan lagi seberkas cahaya terang
Kau hanyalah seekor kunang-kunang 
Di belantara jiwa yang petang

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dampak Ketidakadilan Gender Terhadap Perempuan

Mengapa aku menulis?

School From Home, Efektifkah?