Pengalamanku Menjadi Tutor Bimbel
Menjadi seorang pendidik seperti guru, dosen ataupun tutor bukanlah sebuah cita-cita yang pernah masuk dalam list impianku di masa kecil. Bahkan menurutku, aku tidak menyukai semua hal yang bersifat monoton. Seperti menjadi guru yang setiap hari harus bangun pagi, berangkat ke sekolah, mengajarkan pelajaran dengan materi yang diulang-ulang, pemandangan ruang kelas yang begitu-begitu saja, belum lagi harus mengatur siswa-siswa supaya fokus mendengarkan materi. Bagiku itu hal yang sangat membosankan. Rutinitas yang membuatku tidak tertantang untuk menjalaninya.
Namun suatu ketika, di pertengahan semester lima, salah seorang seniorku di organisasi menawarkan sebuah pekerjaan hm... lebih tepatnya aku menyebutnya dengan pengalaman baru. Pengalaman yang membuatku berani keluar dari zona nyamanku. Kebetulan seniorku merupakan owner di salah satu bimbingan belajar privat yang cukup diminati, hingga terkadang ia kebingungan mencari tutor pada mata pelajaran tertentu. Saat menerima tawaran sebagai tutor aku pun sempat ragu karena tidak memiliki background di dunia pendidikan sama sekali. Aku berkuliah di jurusan biologi murni, bukan pendidikan. Hal itu pun menjadikanku berpikir cukup lama untuk menerima tawaran itu. Setelah ku pikirkan baik-baik tak salahnya untuk mencoba. Beban di semester lima tak seberat di semester-semester sebelumnya dan fee dari bimbingan belajar lumayan untuk menutup kekurangan akhir bulanku sebagai mahasiswa rantau.
Bimbingan pertamaku bernama Rifa, seorang siswa kelas 10 di salah satu MA Negeri di kota Malang. Anaknya cantik, kulitnya bersih, berkaca mata tebal. Dari penampilannya aku sudah dapat menduga bahwa dia pasti anak yang pintar dan rajin. Benar saja, ia sangat kritis menanyakan materi-materi pelajaran biologi yang telah ku jelaskan dengan bermodal buku SMA yang ku bawa. Dengan segala ingatan yang masih menempel di kepala aku menjawab satu-persatu pertanyaan yang ia ajukan. Rifa mudah menangkap materi dan mempunyai rasa ingin tahu tinggi. Gadis itu akan berhenti bertanya hingga dirasa jawaban yang ku beri dapat ia pahami. Aku pun cukup bersyukur karena pengalaman pertamaku tidak begitu buruk, bahkan aku menganggapnya lancar dan mengalir begitu saja. Mungkin ada satu dua hal yang perlu ku perbaiki dari metode pembelajaran yang kuberikan.
Setelah itu banyak tawaran mulai berdatangan. Aku mulai mendapatkan tawaran mengajar siswa SD, SMP dan SMA dari beberapa bimbingan belajar. Aku pun mulai berani mengajar mata pelajaran di luar bidang yang aku pelajari, seperti pelajaran fisika, matematika dan pelajaran umum yang lain. Tidak jarang aku memanfaatkan google dan video YouTube untuk menjelaskan beberapa materi yang membutuhkan penjelasan secara visual. Aku yang awalnya tidak menyukai pelajaran hitung-hitungan pun harus berusaha memahaminya dan menjelaskan pada bimbinganku, karena sudah menjadi tuntutan hehe. Tapi Alhamdulillah semuanya berjalan dengan lancar. Aku menikmati pengalamaku menjadi tutor les hingga akhir semester tujuh.
Beberapa kendala pun sering ku temui. Saat bimbingan berlangsung tidak semua anak antusias untuk belajar. Terutama bagi anak-anak yang masih duduk di bangku SD yang masih dalam usia bermain. Kadang kala mereka merajuk, tidak mau belajar dan ingin menggambar atau bermain saja. Apabila hal itu terjadi aku akan berusha mengalihkan perhatian mereka dengan mengajak bercerita mengenai pengalaman mereka di sekolah dan membuat suasana belajar semenyenangkan mungkin. Setelah dirasa mereka mulai fokus, bimbingan pun bisa dilanjutkan.
Dari segala pengalaman yang telah ku dapatkan aku menyadari ternyata menjadi pendidik tidaklah membosankan seperti yang kupikirkan dulu. Di sela-sela rutinitas kuliah dan tugas-tugas yang mulai menjenuhkan aku bisa mengisi waktu dengan hal-hal yang bermanfaat. Tak jarang aku bersendau gurau dengan adik-adik bimbinganku atau bercerita banyak hal bersama mereka. Rasanya sangat menyenangkan melihat keusilan dan keceriaan mereka di sela-sela bimbingan. Mungkin semua terlihat sepele, namun menjadi pendidik bukan hal yang mudah. Bagaimana membuat suasana belajar yang menyenangkan, bagaimana cara membuat materi menjadi mudah untuk dipahami, menyelesaikan soal-soal di luar bidang yang ku pelajari menjadi tantangan tersendiri untukku. Aku sangat bersyukur mendapatkan pengalaman berharga dalam hidupku.
Bagiku menjadi pendidik merupakan pekerjaan yang mulia, karena berkontribusi dalam mencerdaskan generasi penerus bangsa. Ilmu-ilmu yang diberikan bisa bermanfaat bagi banyak orang, serta pahala yang didapatkan menjadi amal jariyah yang terus mengalir. Menjadi pendidik haruslah cerdas dan bermoral karena tanggung jawab yang diemban cukup berat. Kualitas generasi mendatang bergantung dengan kualitas pendidikan yang mereka peroleh. Tentunya kualitas pendidik juga menjadi prioritas utama yang harus diperhatikan.
Komentar
Posting Komentar