Puasa Tidak Sekedar Lapar dan Dahaga

Aku teringat masa kecilku dulu, saat bulan ramadan tiba aku dibiasakan oleh ibu untuk berlatih puasa setengah hari. Sayangnya aku sudah lupa umur berapa, yang kuingat saat itu aku masih duduk di bangku SD. Ibu tidak langsung menyuruhku berpuasa penuh, mungkin karena melihat tubuhku yang saat itu ringkih dan kurus, ibu menjadi tidak tega hehe. Berbeda dengan kakakku yang sudah  dilatih berpuasa satu hari penuh sejak TK.

Setiap saat adzan sholat dzuhur berkumandang, ibu pasti sudah menyiapkan makanan dan minuman berbuka untukku. Aku diperbolehkan makan dari pukul 12.00 sampai 13.00 WIB, setelah itu aku harus melanjutkan puasa sampai adzan sholat magrib. Setelah itu, saat umurku mulai bertambah, jam puasaku diperpanjang sampai pukul 15.00 WIB. Nanggung sekali memang, tapi anak kecil sepertiku mana peduli hehe. Jadi, aku tetap berpuasa setengah hari namun berbuka di jam yang berbeda dan pada akhirnya lama kelamaan aku terbisa berpuasa  penuh sampai satu hari.

Aku masih ingat saat itu, jika aku bisa berpuasa satu bulan penuh di bulan ramadan, ibu berjanji akan menghadiahkanku uang 30 ribu saat lebaran. Jika di hitung-hitung aku mendapatkan "bayaran" 1000 rupiah per hari hehe. Pada saat itu uang 1000 sudah lumayan banyak untukku. Bisa untuk membeli akanan ringan yang bermacam-macam.

Namun aku yang masih polos saat itu tidak tahu bahwa aku sedang dilatih puasa, dulu yang aku tahu puasa itu ada dua macam, yaitu puasa "bedug" dan puasa "magrib". Bedug dalam bahasa jawa artinya siang hari, yang mana aku bisa mencicil buka puasa di jam 12.00 WIB dan puasa magrib yang artinya penuh satu hari sampai adzan magrib. Sungguh lucu sekali jika ku ingat-ingat masa itu.

Pernah suatu waktu saat aku duduk di kelas tujuh SMP, sepulang sekolah aku dengan kedua sahabatku si Desi dan si Herfin berniat bermain ke rumah salah satu temanku di Magetan. Kebetulan sekolahku tidak jauh dengan perbatasan antara kota Madiun dan Magetan. Kami bertiga pun menaiki sepeda di siang itu. Karena kelelahan dan kehausan setelah 30 menit bersepeda dan kebetulan kami bertiga sedang berpuasa, si Desi mengajak kami untuk membatalkan puasa. "Cah ayo tuku ngombe, kan durung jam siji iki, mumpung sek yahmene, ayo mbedug ae", kurang lebih itulah yang dikatakan Desi saat perjalanan pulang. Tanpa berpikir panjang aku dan Herfin pun mengangguk dan langsung mengikuti ajakan Desi untuk membeli minuman. Saat itu aku ingat betul kami minum air mineral dengan kemasan gelas. 

Saat aku sampai di rumah, ku ceritakan pada ibu tentang buka puasaku di siang hari tadi. Ibu langsung menegurku yang masih belum mengerti ini. Ibu berkata bahwa puasa setengah hari itu sebenarnya tidak ada. Puasa secara agama memang harus dikerjakan dari terbit matahari hari sampai terbenam matahari. Pada saat itu aku baru mengerti jika aku sudah besar dan tidak boleh berpuasa setengah hari lagi. Saat itu pun aku berjanji pada ibu tidak akan mengulangi kesalahanku.

Semakin bertambah usia aku pun semakin paham, berpuasa bukan hanya menahan lapar dan haus seharian. Berpuasa bukan hanya tentang tidak boleh marah-marah seperti yang dikatakan ibu padaku dulu. Puasa juga mengajari kita tentang menahan diri dari nafsu berbuat buruk, merusak, mencela, ghibah dan perbuatan sia-sia lainnya. Puasa adalah salah satu bentuk ketaatan manusia pada Allah SWT. Pahala puasa pun menjadi rahasia sang illahi, karena puasa adalah salah satu ibadah yang paling dicintai-Nya. Dari puasa kita dapat merenungi segala nikmat dari Allah serta sedikit merasakan penderitaan yang dialami oleh mereka yang kurang beruntung. Agar kita menjadi manusia yang senantiasa bersedekah dan selalu mensyukuri rezeki dari-Nya.

Tentunya sangat rugi apabila puasa yang kita kerjakan hanya mencegah diri dari keburukan di bulan ramadan. Seoalah-olah kita hanya "bertopeng" saat bulan ramadan dan setelah ramadan usai, kita kembali lagi berbuat hal-hal yang tercela dan merugikan. Bagiku puasa adalah "berlatih", seperti saat aku kecil dulu. Berlatih untuk tidak makan berlebihan, berlatih untuk sabar, berlatih untuk meningkatkan ibadah serta berlatih untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Sangat merugi apabila puasa yang telah kita jalani selama bertahun-tahun tidak mengubah kita menjadi pribadi yang lebih baik di kehidupan mendatang.

Madiun, 16 Ramadan 1441 H
Ramadan Menulis Part X
Tema : Puasa dan Pelajaran Kehidupan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dampak Ketidakadilan Gender Terhadap Perempuan

Mengapa aku menulis?

School From Home, Efektifkah?