IKIGAI : Sebuah rahasia hidup bahagia

Mengumpulkan Kebahagiaan dengan Ikigai - Modalku 

Banyak di antara kita yang menjalani rutinitas sehari-hari hanya dengan mengikuti arus, mengalir begitu saja tanpa memahami apakah rutinitas yang dijalani benar-benar sesuatu yang kita inginkan serta dapat memberikan kepuasan dalam hidup.

Tidak jarang segala rutinitas mengundang rasa bosan dan jenuh. Sampai-sampai kita kehilangan motivasi untuk menjalani kehidupan dan menjadi kurang bersemangat. Liburan sebagai pelepas penat mungkin menjadi pilihan pertama untuk mengistirahatkan pikiran dari riuhnya pekerjaan. Namun apa jadinya jika liburan pun rasa-rasanya tidak mengubah apapun?.

Alih-alih menjalani kehidupan dengan sepenuh hati, terkadang kita justru bertanya-tanya "Sebenarnya apa sih yang sebenarnya kita kejar?", "Apakah semua yang kita jalani saat ini sesuai dengan apa yang kita impikan dulu?", "Apa yang akan kita lakukan jika segala impian sudah dicapai?".

Di saat-saat seperti inilah kita sangat membutuhkan konsep untuk menjalani hidup dengan lebih baik. Sebuah konsep diperkenalkan oleh masyarakat negeri sakura, yaitu Ikigai. Kata Ikigai diambil dari bahasa Jepang yang berarti "alasan untuk hidup". Ikigai menjadi filosofi yang telah melekat dalam kebudayaan Jepang untuk menemukan makna, manfaat dan kebahagiaan sejati dalam hidup. Ikigai adalah rahasia untuk hidup panjang umur, lebih bersemangat, tertata serta lebih produktif.

Lalu bagaimana cara menemukai Ikigai dalam diri kita? Caranya yaitu dengan menyeimbangkan empat aspek yang saling melengkapi, aspek-aspek tersebut adalah: 1) Apa yang dibutuhkan dunia (mission); 2) Apa yang kita sukai (passion); 3) Apa yang kita kuasai (vocation); dan 4) Untuk apa kita dibayar (profession).

Pertama kita harus mengetahui apa yang sebenarnya kita sukai, kita biasa menyebutnya dengan kesukaan atau hobi. Hobi yang terus kita kembangkan akan menjadi sebuah passion. Misalnya kita hobi membaca dan menulis, seiring berjalannya waktu kita akan menyadari bahwa passion kita ada di bidang kepenulisan dan akhirnya passion tersebut menggiring kita menghasilkan suatu karya. Perlu diketahui bahwa passion yang dimiliki seseorang tidak hanya pada satu bidang, tetapi bisa dalam banyak bidang.

Aspek kedua yaitu mission, jadi apakah hal-hal yang kita sukai dapat bermanfaat bagi banyak orang?. Terkadang dalam melakukan sesuatu kita tidak mengharapkan imbalan, kita senang melakukannya karena dapat bermanfaat bagi orang lain. Misalnya kita memiliki kemampuan dasar pertolongan pertama pada keadaan darurat, sehingga kita bersedia mengabdikan diri menjadi volunteer.

Ketiga yaitu vocation, pada aspek ini kita dapat melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak kita sukai, tetapi kita dibayar untuk menyelesaikannya. Kita melakukan hal tersebut karena dibutuhkan atau dapat bermanfaat bagi orang lain. Misalnya, kita membantu teman dalam merintis sebuah usaha kuliner. Atas tenaga dan pikiran yang sudah kita kerahkan, kita pun mendapatkan upah/gaji.

Aspek keempat adalah profession. Pada aspek ini sesuatu yang kita sukai dan kuasai dapat menghasilkan pundi-pundi rupiah. Yapsss, jadi kita dibayar untuk melakukan apa yang kita suka. Misalnya kita memiliki minat di bidang olah raga voli dan bekerja sebagai atlet atau pelatih voli yang memperoleh gaji.

Dalam mencapai IKIGAI yang sempurna, kita perlu menyelaraskan keempat aspek di atas. Jadi misalkan kita menaruh minat dalam literasi dan senang menulis, pada posisi ini kita telah menemukan passion kita yaitu di bidang kepenulisan. Lalu bagaimana cara kita memperoleh penghasilan atas  passion yang kita miliki? Kita dapat menjadi jurnalis, editor atau penulis. Kemudian bagaimana agar apa yang kita kerjakan dapat bermanfaat bagi banyak orang? Caranya yaitu dengan membuat tulisan-tulisan yang dapat memotivasi, menghibur atau membuka wawasan bagi pembaca karya kita. 

Nah, begitulah tahapan-tahapan kita untuk menemukan Ikigai. Jika kamu belum menemukannya, cobalah gali dan pahami keempat aspek di atas dalam dirimu. Jangan takut untuk terus mencoba dan mengenali potensimu ya! :)
 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dampak Ketidakadilan Gender Terhadap Perempuan

Mengapa aku menulis?

School From Home, Efektifkah?