Semestinya begitu

Ada harapan yang dikemas dalam tabah

Menetes seperti embun pagi yang tak bersuara

Menciptakan basah pada ilalang gersang di pekarangan asa

Ada ikhlas yang disusun menjadi anak tangga

Yang merambat ke langit

Persembahan sepaket doa pada semesta

Angkasa tetap bisu dan biru

Tak jadi berubah warna gelap abu-abu

Menghibur bumi yang mulai kesepian

Di atas bumi

Seorang gadis kecil berlarian

Menerjang duri dan ranjau kehidupan

Membuat hati lembutnya terus berdarah

Lantas mendongak ke atas

Tersenyum, melambaikan tangan

Tergelak dengan tawa nyaringnya.

Manusia, makhluk rapuh katanya

Dan semestinya memang begitu.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dampak Ketidakadilan Gender Terhadap Perempuan

Mengapa aku menulis?

School From Home, Efektifkah?