Memikirkan Kematian

Memikirkan tentang kematian terkadang terasa mengerikan, terlebih saat membayangkan kita akan mati dalam kondisi seperti apa dan bagaimana rasanya. Banyak orang menghindari pembicaraan soal kematian, padahal kematian adalah yang paling dekat dengan kita, tak mengenal usia dan bisa terjadi kapan saja.

 Jika ditanya siap atau tidak, tentunya orang biasa seperti saya pasti tidak pernah siap. Jujur saya masih terobsesi dengan dunia dan masih mengejar kebahagiaan semu. Terlebih lagi saya merasa dosa saya masih bergunung-gunung, belum mempersiapkan apa-apa dan belum sempat meminta maaf pada orang-orang yang pernah saya sakiti.

Tapi ada hal yang membuat saya selalu penasaran tentang kematian. Apakah orang-orang yang saya anggap teman akan  datang ke pemakaman untuk berbela sungkawa? apakah orang-orang yang pernah saya sakiti mau memaafkan saya? apakah akan ada orang yang merasa kehilangan? ah, memangnya siapa saya? sudah sebaik apa diri saya? sudah berjasa kah saya selama hidup hingga ada orang yang merasa kehilangan?.

Saat kematian tiba, pada hari itu juga akan ada penyesalan terbesar manusia. Penyesalan karena tidak menjalani hidup sebaik-baiknya, tidak beramal sebanyak-banyaknya, tidak memanfaatkan waktu yang ia punya dengan bijak. Tapi bukankah lebih baik jika kematian tetap menjadi misteri?. Jika semua orang tahu tentang batas usianya, pasti mereka akan bermasiat lalu berlomba-lomba bertaubat di akhir usianya, karena takut pada hari pembalasan. 

Karena mati masih menjadi misteri, ada baiknya kita sering-sering mengingat kematian.Semakin sering semakin baik. Supaya tidak terlena dengan dunia yang fana ini. Saat memikirkan kematian kita akan lebih berhati-hati menjalani kehidupan, terus berbuat baik, dan mempersiapkan bekal untuk akhirat. Hingga pada saat mati, kita tidak menyesal karena hidup dengan sia-sia.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dampak Ketidakadilan Gender Terhadap Perempuan

Mengapa aku menulis?

School From Home, Efektifkah?